Halaman

Sabtu, 07 April 2012

Visit Nusa Tenggara Timur 2013

Nusa Tenggara Timur (selanjutnya NTT) adalah salah satu provinsi di Indonesia. Daerah ini merupakan wilayah kepulauan yang memiliki lebih dari 500 pulau. Namun, hanya 54 yang memiliki penduduk tetap atau dihuni. Nusa Tenggara Timur berada di perbatasan 80-120 Lintang Selatan dan 1180-1250 Bujur Timur dengan tiga pulau utama, yaitu Flores, Sumba dan Timor dengan luas wilayah 247.349,90 Km2 serta jumlah penduduk 4.679.316 jiwa (Sensus Penduduk 2010), tersebar di 20 kabupaten dan 1 kotamadya.

NTT terbentuk sesuai dengan UU RI No. 64 tahun 1958 yang memisahkan Provinsi Nusa Tenggara menjadi tiga daerah Swantantra Tingkat 1, yaitu Swantantra Tingkat 1 Bali, Nusa Tenggara Barat, dan Nusa Tenggara Timur. Sejak saat itu (20/12/1958) Pulau Flores, Sumba, Timor, dan pulau-pulau sekitarnya menjadi salah satu provinsi, dalam atau di NKRI. Sejak saat itu, dengan segala kekurangan, kekuatan, serta potensi yang ada, rakyat NTT membangun negeri kelahiran, negeri yang sejak purbakala menyimpan aneka kekayaan terpendam serta keragamanan unsur budaya suku serta sub-suku.

NTT sudah berusia lebih dari setengah abad, sudah tua, dan seharusnya telah menikmati hasil (dari proses) pembangunan. Dan, seharusnya juga, NTT tidak lagi menjadi bagian dari daerah tertinggal, bagaikan provinsi yang baru terbentuk setelah era reformasi.

Sayangnya, lama berdiri sebagai provinsi tersebut, tidak sebanding dengan kemajuan wilayah serta masyarakatnya, padahal NTT menyimpan banyak potensi tambang, pesona alam, hasil laut, unsur budaya, dan lain-lain. Jika dikelola dengan baik maka mampu meningkatkan taraf hidup rakyat.

Melihat realitas tersebut, tentu saja kita yang terlahir sebagai anak-anak NTT tidak mau menjadi penonton serta membiarkan pemerintah daerah berjuang sendiri membangun NTT. Oleh sebab itu, terpanggil dalam kerangka ikut dalam upaya mensejahterakan masyarakat sehingga terjadi perubahan sosial dan dengan harapan adanya peningkatan kualitas hidup maka perlu peran aktif semua anak NTT di mana pun berada.

Peran aktif tersebut dibentuk dalam suatu gerakan bersama yang dinamakan “VISIT NTT 2013″. Gagasan utama VISIT NTT 2013, yaitu “Pertama dong datang turis dong datang, abis itu dong datang lai sebagai yang pung doi (dialek Kupang)” atau “Pertama mereka datang sebagai wisatawan, kemudian mereka datang lagi sebagai investor.” Gagasan utama tersebut diterjemahkan ke dalam VISI dan MISI.

VISI
Terciptanya NTT dengan segala keragaman seni-budaya dan pesona alam sebagai tujuan wisata di Indonesia.

MISI
Meningkatkan dan mengembangkan infrastruktur di berbagai lokasi wisata
Meningkatkan PAD
Meningkatkan kemampuan wirausaha kepariwisataan serta menciptakan lapangan kerja

Kopi Flores Tembus Pasar Internasional

Kupang - Kopi Arabika asal kabupaten Manggarai, Manggarai Timur, Ngada, dan Nagekeo telah diekspor ke Amerika Serikat sejak 2006 dan untuk hasil panen tahun 2010 lalu sempat mencapai angka tertinggi yaitu Rp 5 miliar. Angka ini akan meningkat karena harga kopi setiap tahun mengalami kenaikan yang sangat dratis.

Hal ini disampaikan Kepala Dinas Pertanian dan Perkebunan Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) Yohanis Tay diruang kerjanya, Selasa (12/12) sore.

Yohanis Tay mengatakan, Kopi Flores mendapat gelar juara I kontes Kopi Nasional II pada tahun 2009. “Kami memberikan perhatian pada kualitas kopi arabika di Ngada, Nagekeo, Manggarai Timur dan Manggarai. Kami juga telah membentuk kelompok-kelompok unit pengelolaan hasil (UPH) kopi tahun 2010. Sampai dengan saat ini telah terbentuk 14 UPH di 12 desa di Ngada dan dua UPH di Manggarai Timur. Kelompok-kelompok tersebut akan memberikan pelatihan, pembinaan dan pendampingan dari saat tanam hingga pasca panen, sehingga menghasilkan kopi kualitas eksport yang bermutu,” jelas Anis Tay.

Dia menambahkan, pada 2005, pihaknya telah melakukan penandatanganan MOU dengan pusat penelitian (Puslit) kakao dan kopi di Jember, Jawa Timur tentang tentang pengelolaan dan pemasaran kopi ke luar negeri.
“Melalui kelompok-kelompok tersebut hasil panennya dikumpulkan oleh PT. Citrakom Persada di Surabaya dan kemudian di eksport ke Amerika,” tuturnya.

Dinas Pertanian NTT juga memberikan bantuan peralatan bagi setiap kelompok, memberikan pendampingan cara- tanam dan pengelolaan yang baik dan cara penggunaan pupuk organic serta mensosialisasikan Standart Operasional Prosedur (SOP) mengenai panen yang baik dan benar.

Sebab panen yang baik adalah panen yang 98 persen buahnya matang di pohon sehingga tidak perlu diperam. Setelah dipanen petani langsung mengupas kulitnya dan menjemur hingga kadar air yang tersisa 12 persen serta cara menjemurnyapun harus menggunakan rak-rak khusus.

“Dampak dari ekspor kopi tersebut tentunya akan membuka lapangan kerja bagi masyarakat Flores, selain itu juga ada sukses fee sebesar Rp 100 per kilogram dari PT Citrakom Persada untuk penguatan kelembagaan petani. Dampak lain adalah meningkatkan reputasi produk kopi arabika di Ngada, Nagekeo dan Manggarai Timur sehingga posisi tawar petani didaerah semakin meningkat,” imbuh Tay.

Sekretariat DMO Flores Diresmikan

Ende - Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Republik Indonesia, Mari Elka Pangestu, meresmikan sekretariat Destination Management Organization (DMO) Flores-Lembata di Jln. Bhakti nomor 1 Ende. Kegiatan peresmian diawali dengan penjemputan Ibu Menteri di Bandara Haji Aroeboesman oleh Wakil Bupati Kabupaten Ende, Achmad Mochar, Para Asisten Setda Ende, Para Kepala Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD), jajaran kepolisian, tentara dan sejumlah pejabat lainnya. Rombongan disambut dengan sapaan adat dalam bahasa Lio oleh Yakobus Pe’u, Kepala Seksi Pelestarian Budaya,

Maria Elka Pangestu usai meresmikan Sekretariat DMO dalam arahannya mengatakan kerja sama dua tahun terakhir untuk menyamakan misi 8 kabupaten di Flores untuk wujudkan Flores sebagai satu kesatuan destinasi sedang berproses. Dengan adanya visi misi yang sama, pengadaan infrastruktur, penyedian SDM dan promosi pariwisita Flores dapat dilakukan secara bersama-sama. Ia juga mengatakan rumah bola yang dijadikan sebagai sekretariat DMO Flores perlu dimanfaatkan semaksimal mungkin.
           
“Saya harap hari ini bola benar-benar bergulir menuju finalisasi master plan untuk pengembangan pariwisata Flores sudah rampung. Semua ini penting untuk mencapai tujuan utamanya, yakni mensejahterakan masyarakat Flores melalui perkembangan pariwisata.
           
Lebih lanjut Menteri Pangestu mengatakan di tempat wisata harus ada pusat industri kreatif yang dikelola masyarakat. Salah satunya adalah tarian. Tarian adalah kekayaan dan kearifan yang kaya di Flores. Kurang lebih  ada 600 corak, warna, dan arti yang menjadi daya tarik bagi dunia luar. Terima kasih kepada Swisscontact yang memberi input dan pendampingan dalam pengembangan DMO. Kearifan dan ekonomi kreatif merupakan destinasi pariwisata Flores yang harus dikembangkan terus-menerus dan berkesinambungan.
           
Ketua DMO Flores Yakobus Mbira, dalam laporan mengatakan DMO Flores merupakan salah satu dari 15 DMO di Indonesia. Dari barat sampai timur Indonesia: Raja Ampat Flores merupakan destinasi paling besar, yakni mencakup 8 wilayah kabupaten. Tiap kabupaten mempunyai Tourist Management Organization (TMO) yang berperan aktif mengembangkan pariwisata Flores bersama stakeholder lainnya.
           
Visi DMO Flores kata Yakobus, adalah menjadikan Flores sebagai destinasi wisata petualangan dan budaya terbaik Asia Tenggara pada tahun 2020. Banyak kegiatan yang sudah dijalankan di dalam dan di luar negeri. Forum dan pameran yang pernah diikuti antara lain :ATF di Manado, Asia Trade Show di Singapura, ITB di Berlin dan deep Extreme Indonesia di Jakarta. Sasaran DMO mencakup bidang industri

Sementara itu Wakil Bupati (Wabup) Ende Achmad Mochdar pada kesempatan mengatakan dilihat dari aspek sejarah, tempat rumah bola yang dijadikan sebagai sekretariat DMO Flores menjadi bagian dari kemasan pariwisata Flores, karena Ende merupakan Ibu Kota Flores di masa pemerintahan kolonial.
           
“Di sinilah tempat kedudukan asisten presiden pada masa pemerintahan Gus Dur. Dalam rangka pendekatan pelayanan pemerintah kepada masyarakat di pulau-pulau, Ende dipercayakan sebagai pembantu ibu kota provinsi NTT. Bicara soal Pariwisata, tempat ini (rumah bola) yang digunakan pimpinan kolonial sebagai tempat rekreasi, yakni tempat bermain billiard. Bupati memberi rumah bola ini kepada DMO dan swisscontact untuk dijadikan sekretariatnya,”kata Wabup Mochdar.
           
Wabup Mochdar berharap dengan adanya sekretariat DMO ini, Flores menjadi titik destinasi dari pariwisata di Republik Indonesia. Dari Ende ini mesti membias satu cahaya bagaimana pariwisata dikemas sebaik-baiknya.

portal.endekab.go.id

Bola Pariwisata Flores Bergulir dari Ende

Ende - Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Mari Elka Pangestu, mengatakan bola pariwisata mulai bergulir dari Kota Ende, Kabupaten Ende, seiring dengan diresmikannya Destination Management Organization (DMO) atau pusat kunjungan wisata Flores yang dilakukannya, Rabu (4/4/2012).

Menurut Wakil Bupati Ende, DMO di Kawasan Pantai Ria yang diresmikan dulunya merupakan tempat para pejabat Belanda bermain bola biliar. "Oleh karena itu, diharapkan bola pariwisata mulai bisa bergulir dari Ende hingga ke seluruh Flores bahkan Indonesia serta masyarakat seluruh dunia," kata Menteri Elka saat meresmikan DMO.

Menteri Elka mengatakan untuk membangun pariwisata hendaknya dibangun secara bersama oleh seluruh masyarakat dan pemerintah di Pulau Flores tanpa terkotak-kotak oleh wilayah kabupaten masing-masing.

Dikatakannya, setiap kabupaten yang ada di Pulau Flores memiliki keunggulan dalam sisi pariwisata. Oleh karena itu keunggulan itu hendaknya disatukan sebagai satu kesatuan pariwisata Flores dengan demikian dunia pariwisata Flores dapat mengalami kemajuan seperti di daerah lain di Indonesia.

"Pulau Flores memiliki berbagai aneka ragam wisata, baik wisata alam, wisata religi maupun wisata budaya. Apabila semua potensi yang ada dikembangkan sebagai satu kesatuan pariwisata Flores, maka iklim pariwisata di Pulau Flores akan mengalami kemajuan," ujarnya.

Dalam mengembangkan dunia pariwisata, kata Menteri Mari Elka Pangestu, hendaknya juga memperhatikan potensi-potensi budaya yang ada di masyarakat. Dengan demikian antara pariwisata dengan potensi budaya dapat berjalan secara bersama-sama.

"Ada potensi budaya seperti kerajinan tenun ikat hendaknya dikembangkan secara maksimal. Dengan demikian akan menarik wisatawan untuk melihat potensi yang ada tersebut. Artinya ada kreativitas dari pemerintah setempat dan masyarakat guna mengembangkan perekonomian di daerah masing-masing," ujarnya.

Menteri Elka memberikan apresiasi dengan kehadiran DMO Pariwisata di Pulau Flores. DMO tersebut hendaknya menjadi titik distinasi kunjungan wisatawan ke Pulau Flores.

Soal logo DMO, Menteri Elka memberikan masukan agar dari 8 kabupaten yang ada di Pulau hendaknya tidak menonjolkan daerah masing-masing, melainkan harus menampilkan sebagai satu kesatuan sebagai masyarakat Flores.

Wakil Bupati Ende, Drs Achmad Mochdar, dalam kesempatan itu mengatakan Kabupaten Ende di zaman dulu menjadi pusat pemerintahan di Pulau Flores. Hal ini ditandai dengan kepercayaan dari pemerintah pusat yang menjadikan Kota Ende sebagai Ibukota Flores.

Mochdar mengharapkan adanya dukungan penuh dari pemerintah pusat bagi pengembangan pariwisata di Pulau Flores sehingga Pulau Flores benar-benar menjadi pulau bunga sesuai namanya tidak hanya sekedar menjadi nama saja.

"Kita berharap agar Pulau Flores benar-benar menjadi harum sesuai dengan namanya, Pulau Bunga, yang tentunya tidak sekadar bunga, namun dia menjadi bunga yang harum," kata Mochdar.